JAKARTA - Ribuan pemuda yang mengatasnamakan Laskar Aswaja menggelar apel bersama di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Minggu (18/3/2010). Mereka menegaskan diri siap membentengi Indonesia dari tiga ancaman besar.
Yaitu disintegrasi bangsa dan terorisme yang mencoba merongrong keutuhan NKRI. Kemudian, isu SARA yang sangat sensitif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta isu kekerasan sosial yang belakangan masih saja terjadi di berbagai tempat.
Ketua Dewan Pembina Laskar Aswaja, Marwan Jafar, mengatakan kehadiran Laskar Aswaja sesungguhnya ingin mengambil bagian untuk menyelamatkan Indonesia dari tiga ancaman di atas.
“Jika tiga poin ini terus dibiarkan tumbuh dan berkembang, kami yakin masa depan Islam ala Ahlussunnah Wal Jama’ah sebagai doktrin sekaligus paragidma hidup yang mayoritas dianut umat Islam Indonesia dan Indonesia sebagai negara bangsa akan hilang dari peta sejarah,” jelas Marwan.
Marwan menjelaskan, nilai dan prinsip Ahlussunnah Wal Jamaah yang meliputi aspek tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), taadul (keadilan), dan tawazun (keseimbangan) harus tetap dijunjung tinggi dan diutamakan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam bahasa sederhana, Laskar Aswaja adalah penjaga utama Ahlussunnah Wal Jama’ah, termasuk untuk membentengi ideologi transnasional yang tidak sesuai konteks keindonesiaan dan menolak radikalisme berbasis agama.
“Karena itu, dalam kondisi apapun, kita harus tetap menjaga sekaligus mengawal kelangsungan Ahlussunnah Wal Jama’ah, NKRI dan tokoh muda NU dari segala gangguan dan rekayasa politik pihak-pihak tertentu,” tegasnya.
Dalam kesempatan ini Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengatakan, Islam ala Ahlussunah Wal Jama’ah, Islam inklusif, dan Islam berwajah khas Indonesia masih tetap menjadi pilihan terbaik bagi keharmonisan dan stabilisasi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara ini. Sebab, inilah yang menjadi warisan leluhur Wali Songo, ulama-ulama (salafus shalih), pendiri NU dan pendiri bangsa negara Indonesia.
“Kami sebagai pewaris mereka, berkewajiban untuk membentengi dan meneruskan perjuangan ini. Karena sesungguhnya inilah yang sedang dirindukan umat, masyarakat dan seluruh elemen bangsa ini,” ungkapnya.
Muhaimin menambahkan, penguatan dan peneguhan solidaritas seluruh elemen bangsa menjadi sangat penting dalam kondisi saat ini. Karena itu, semua pihak wajib berupaya menciptakan kebersamaan dalam perjuangan dan pengorbanan demi masa depan bangsa dan negara yang damai, tenang, tentram, dan bahagia. Adapun pendekatan penyelesaian yang menggunakan cara-cara kekerasan, intimidasi dan memaksakan kehendak terhadap kelompok lain dan masyarakat harus segera diakhiri dan ditinggalkan.
“Saya secara pribadi sangat gembira, mengapresiasi dan mendukung penuh lahirnya Laskar Aswaja. Kehadiran Laskar Aswaja melebihi ruh dan fungsi-fungsi kepartaian. Untuk itu, marilah gerakan ini menjadi gerakan kesadaran bersama bagi seluruh pengikut Ahlussunnah Wal Jama’ah, karena ikut menentukan hidup dan mati Indonesia,” tandasnya.
(ful)
Kutipan :
Yaitu disintegrasi bangsa dan terorisme yang mencoba merongrong keutuhan NKRI. Kemudian, isu SARA yang sangat sensitif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta isu kekerasan sosial yang belakangan masih saja terjadi di berbagai tempat.
Ketua Dewan Pembina Laskar Aswaja, Marwan Jafar, mengatakan kehadiran Laskar Aswaja sesungguhnya ingin mengambil bagian untuk menyelamatkan Indonesia dari tiga ancaman di atas.
“Jika tiga poin ini terus dibiarkan tumbuh dan berkembang, kami yakin masa depan Islam ala Ahlussunnah Wal Jama’ah sebagai doktrin sekaligus paragidma hidup yang mayoritas dianut umat Islam Indonesia dan Indonesia sebagai negara bangsa akan hilang dari peta sejarah,” jelas Marwan.
Marwan menjelaskan, nilai dan prinsip Ahlussunnah Wal Jamaah yang meliputi aspek tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), taadul (keadilan), dan tawazun (keseimbangan) harus tetap dijunjung tinggi dan diutamakan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam bahasa sederhana, Laskar Aswaja adalah penjaga utama Ahlussunnah Wal Jama’ah, termasuk untuk membentengi ideologi transnasional yang tidak sesuai konteks keindonesiaan dan menolak radikalisme berbasis agama.
“Karena itu, dalam kondisi apapun, kita harus tetap menjaga sekaligus mengawal kelangsungan Ahlussunnah Wal Jama’ah, NKRI dan tokoh muda NU dari segala gangguan dan rekayasa politik pihak-pihak tertentu,” tegasnya.
Dalam kesempatan ini Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengatakan, Islam ala Ahlussunah Wal Jama’ah, Islam inklusif, dan Islam berwajah khas Indonesia masih tetap menjadi pilihan terbaik bagi keharmonisan dan stabilisasi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara ini. Sebab, inilah yang menjadi warisan leluhur Wali Songo, ulama-ulama (salafus shalih), pendiri NU dan pendiri bangsa negara Indonesia.
“Kami sebagai pewaris mereka, berkewajiban untuk membentengi dan meneruskan perjuangan ini. Karena sesungguhnya inilah yang sedang dirindukan umat, masyarakat dan seluruh elemen bangsa ini,” ungkapnya.
Muhaimin menambahkan, penguatan dan peneguhan solidaritas seluruh elemen bangsa menjadi sangat penting dalam kondisi saat ini. Karena itu, semua pihak wajib berupaya menciptakan kebersamaan dalam perjuangan dan pengorbanan demi masa depan bangsa dan negara yang damai, tenang, tentram, dan bahagia. Adapun pendekatan penyelesaian yang menggunakan cara-cara kekerasan, intimidasi dan memaksakan kehendak terhadap kelompok lain dan masyarakat harus segera diakhiri dan ditinggalkan.
“Saya secara pribadi sangat gembira, mengapresiasi dan mendukung penuh lahirnya Laskar Aswaja. Kehadiran Laskar Aswaja melebihi ruh dan fungsi-fungsi kepartaian. Untuk itu, marilah gerakan ini menjadi gerakan kesadaran bersama bagi seluruh pengikut Ahlussunnah Wal Jama’ah, karena ikut menentukan hidup dan mati Indonesia,” tandasnya.
(ful)
Kutipan :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar